Apa Benar Jadi Penerima Beasiswa Seenak Itu?

Apoteker Maya – Pada sesi inspirasi kali ini, saya coba untuk mengupas lapis demi lapis kisah masa lalu saya sebagai mahasiswa penerima beasiswa. Apa benar menjadi anak beasiswa seenak itu? Bisa kuliah gratis tanpa merepotkan orangtua saja atau banyak perjuangannya juga?

Sekilas tentang Beasiswa

Menurut KBBI Daring, beasiswa adalah tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar.

Jenis beasiswa pun beragam. Ada beasiswa dari pemerintah (contoh : BidikMisi, LPDP, dst), beasiswa dari swasta (Contoh : Djarum), beasiswa dari yayasan atau organisasi (contoh : Beastudi Etos Dompet Dhuafa), dan lain sebagainya. Selengkapnya bisa baca di sini.

Saya merupakan penerima Beastudi Etos Dompet Dhuafa selama menjadi mahasiswa program sarjana. Beasiswa tersebut merupakan salah satu beasiswa yang dikelola oleh lembaga Dompet Dhuafa yang berpusat di Bogor. Beasiswa ini memberikan bantuan untuk mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi.

Tak hanya bantuan biaya perkuliahan selama 8 semester, Beastudi Etos juga memberikan bantuan berupa uang saku selama 500 ribu perbulan (mulai saya semester 5, naik menjadi 600 ribu), asrama gratis selama 3 tahun, bantuan pengembangan prestasi dalam dan luar negeri, bantuan pengembangan diri, dan bantuan pembuatan paspor (pada zaman saya ada, periode berikutnya program paspor ini sudah tidak ada lagi).

Dilihat dari manfaat yang saya terima, saya terlihat sangat beruntung ya? Tentu saja. Alhamdulillah, saya sangat beruntung. Namun, di balik semua rasa manis yang saya terima, saya juga mengecap rasa asin, pahit, pedas, dst yang mana membuat perjalanan hidup saya teramat berarti.

Kehidupan Asrama yang Berwarna dan Tak Mudah

Kenapa saya mengupas kehidupan asrama terlebih dahulu? Yah, karena yang membedakan beasiswa saya dengan beasiswa yang lain adalah adanya fasilitas asrama, gratis selama tiga tahun.

Asrama yang dimaksud di sini bukanlah sebuah gedung tinggi dengan banyak kamar seperti asrama mahasiswa di kampus-kampus pada umumnya.

Pada zaman saya dulu, asrama beasiswa kami hanya sebuah rumah dengan jumlah kamar lima buah dan dua kamar mandi. Berapa jumlah orang dalam asrama? Lima belas mahasiswi. Sudah bisa dibayangkan betapa ramainya, bukan?

Saya tidak ingin mengeluh dengan keterbatasan, tapi saya ingin menunjukkan bahwa di balik semua keterbatasan itu ada beribu bulir-bulir hikmah yang siap dituai.

Hidup bersama dengan lima belas kepala dalam satu atap bukan hal mudah. Perbedaan karakter dan latar belakang parenting membuat percikan konflik-konflik yang beraneka rupa. Mulai dari yang sederhana hingga yang cukup serius, namun kita semua belajar untuk mengambil hikmah dari apapun yang telah terjadi. Semoga hari ini kita bisa menjadi orang yang lebih baik.

Tak melulu tentang konflik. Kami di asrama belajar bagaimana cara bersyukur pada setiap keterbatasan. Kami sering masak bersama, belajar bersama (karena kami dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda : farmasi, fisika, ekonomi, kesmas, statistika, sosiologi, dst), dan tentunya ngaji bersama.

Kenapa sih harus diasramakan? Karena di beasiswa saya ada tiga macam pembinaan, salah satunya adalah pembinaan harian. Pembinaan harian ini dilakukan di asrama setiap hari, yaitu ibadah sholat shubuh berjamaah, pembacaan al-ma’tsurah berjamaah, dan kajian islam. Kami bergantian menjadi imam sholat dan menjadi pengisi kajian. Semuanya sudah terjadwal rapi di mading.

Bicara tentang mading, isinya tak melulu tentang jadwal memasak, jadwal beli galon dan tabung elpiji, jadwal piket harian dan piket mingguan, serta jadwal kajian, kami juga mengisi mading asrama dengan berita-berita, karya-karya seperti puisi, pokoknya seperti mading di kelas-kelas pada umumnya.

Pembinaan minggun di asrama juga beragam, pernah kami melakukan pembinaan teknik bela diri, pernah juga pembinaan baca Al-Qur’an alias tahsin. Waktunya kapan? Tergantung kesepakatan dengan pendamping asrama. Ohya, di asrama, ada satu pendamping atau SPV yang akan membimbing dan mengawasi kami semua. Jadi, tidak sebebas itu ya…

Apakah ada sanksi-sanksi yang berlaku di asrama? Tentu saja ada. Telat sholat shubuh, harus tilawah sekian lembar. Telat pulang ke asrama (melebihi jam malam), harus tilawah. Telat melakukan piket harian ataupun mingguan, bayar denda uang. Aku tahu, tujuannya baik. Untuk melatih kedisiplinan.

Kebersihan dan kerapihan asrama juga tidak luput dari sasaran monitoring dan evaluasi (monev) dari pengurus pusat. Yup, tiap semester, tim pusat akan mengunjungi tiap-tiap wilayah untuk melakukan beberapa hal, salah satunya melakukan monev asrama. Sidak kamar tiap sebulan sekali sering dilakukan para pendamping wilayah. Jadi, jangan harap kamar kalian bisa bar-bar sesuka hati ya hehe…

Bicara tentang kamar, untuk satu kamar diisi oleh tiga orang. Masing-masing orang diberi satu jatah lemari. Jadi, kebayang kan bagaimana ‘ngerumpel’nya kami hehe. Tapi, itulah letak hikmahnya. Saling berbagi.

Kalau menceritakan kehidupan asramaku secara detail, bisa jadi satu buku dengan tebal dua ratusan halaman. Benar-benar seberwarna itu. Jika ditanya, mana yang paling berkesan? Buanyak. Termasuk harus rela tidak mandi (atau mandi di masjid) karena air mampet berhari-hari, rela masak ditengah genangan air got karena got macet, rela tidur tanpa lampu karena listrik putus selama beberapa minggu (karena kerusakan instalasi listrik), rela mengepel saat tiba-tiba saluran air meluap ke dalam seisi rumah karena kurang baiknya sistem sanitasi dan lain-lain.

Tentunya tiap asrama beasiswa punya ceritanya masing-masing. Setiap cerita yang kulalui saat itu, entah itu masalah atau kebahagiaan, kuanggap sebagai lembar perjuangan yang berarti.

Ah, untuk teman-teman asramaku di manapun kalian berada, terima kasih telah menguat bersama!

Mengembangkan Relasi

Selama menjadi penerima beasiswa, aku banyak berkenalan dengan orang-orang dari jurusan selain farmasi, bahkan luar Unair. Seru banget bisa keluar masuk universitas orang lain tanpa sungkan. Maksudnya? Terlalu seringnya mengikuti acara beasiswa di kampus tetangga sampai hapal seluk beluk beberapa fakultasnya. Hahaha…

Pernah mengerjakan tugas di gedungnya Elektro ITS, pernah ngemper di gedungnya Kimia ITS, pernah foto-foto ciamik di gedungnya Sistem Informasi ITS, dan pernah-pernah yang lain. Ah, betapa banyak momen-momen seru bersama satu teman angkatanku! Boleh bilang kangen mereka nggak ya? Hehe…

Tak hanya banyak relasi dari satu wilayah, momen bertemunya penerima beasiswa Etos se-Indonesia yang diadakan membuatku mengenal beberapa mahasiswa dari luar Jawa Timur. Alhamdulillah, semoga kita bisa saling mempererat tali persaudaraan sesama muslim. Baca kisahnya di sini.

Aktualisasi Leadership

Beasiswa ini memiliki beberapa profil yang harus dipenuhi oleh penerima beasiswa, yang dikenal dengan Pemuda Kontributif (Pemimpin, Mandiri, Unggul, Disiplin, Akhlak Islami, dan Kontributif).

Dampaknya apa? Selain dituntut aktif di kegiatan beasiswa, kami juga harus aktif di kampus. Teman-teman saya di beasiswa ini banyak yang jadi aktivis kampus (petinggi lembaga dakwah kampus, petinggi BEM, petinggi BLM, dan lain-lain). Itulah mengapa saya agak minder jika dibandingkan dengan mereka (teman-teman saya), saya bukan apa-apa. Saya tidak banyak mengikuti kegiatan organisasi, hanya segelintir saja. Jika dinilai, mungkin skor saya terendah. Hehe…

Hikmahnya, saya jadi cukup terlatih untuk menerapkan prinsip kepemimpinan dalam hidup saya sekarang, minimal memimpin diri saya sendiri untuk tidak mager terus-terusan, hehe…

Menjaga IPK

Salah satu realisasi dari profil unggul adalah memiliki IPK minimal 3,00 karena jika kurang dari itu akan ada poin tersendiri dari pengurus. Artinya apa? Selain berorganisasi, kami juga harus fokus pada kuliah, tidak boleh titip absen dan asal-asalan saat kuliah.

Susah kah menjaga IPK? Bagi saya susah karena otak saya tidak sebrilian teman-teman farmasi pada umumnya. Jujur, saya ngos-ngosan menjaga IPK. Meskipun IPK saya tidak sebaik punya teman-teman, namun saya bersyukur karena IPK tersebut saya peroleh atas dasar kejujuran. Insya Allah.

Hikmahnya, saya tidak menyepelekan urusan nilai kuliah karena bagaimaapun tanggung jawab kepada orangtua adalah berupa nilai kuliah yang baik, tidak mengulang semester, dan tidak berulah di kelas (tidur di kelas, misalnya, meskipun pernah juga ketiduran, namanya juga manusia hehe).

Harus Punya Prestasi

Salah satu yang cukup membuat tertekan berada di antara orang-orang yang gemar menorehkan prestasi adalah perasaan insecure. Kenapa sih mereka (teman-teman, kakak tingkat, bahkan adik tingkat) bisa dengan mudah menorehkan prestasi, sedangkan bagiku bertahan kuliah di farmasi tanpa masalah saja sudah cukup membuat pusing!

Insecure itu tak lantas menjadikan saya patah arah. Lantas saya mencoba untuk mengukir prestasi versi saya sendiri. Yup, berprestasi melalui apa yang saya sukai saat itu : menulis fiksi. Saya menekuni hobi itu hingga beberapa kali mendapat kesempatan untuk menjadi juara. Lumayan lah ya hehe…

Saya mencoba banting setir ke dunia ilmiah, yakni mengikuti event kepenulisan ilmiah. Tidak tanggung-tanggung, langsung event internasional tapi diselenggarakan di Jakarta, Indonesia. Meskipun tidak lolos ke tahap final, namun saya sangat bersyukur bisa merasakan vibes nya kompetensi berbahasa Inggris. For the first time lho!

Latihan Mandiri Finansial

Sebagai mahasiswa farmasi yang terkenal jadwal kuliahnya tidak manusiawi, sebagai seorang anak yang harus pulang ke rumah meskipun itu hanya sebulan sekali, sebagai penggerak roda organisasi, dan sebagai penerima manfaat beasiswa bukanlah hal mudah. Tidur adalah kenikmatan yang langka. Lantas, bagaimana bisa kerja sambilan untuk memenuhi profil mandiri?

Beberapa teman ada yang kerja part time, entah itu menjadi guru les privat, asistan lab, asisten dosen, dan tentunya berwirausaha. Jangan tanya apa yang sudah saya lakukan untuk mendapat uang jajan. Prinsip saya, saya harus menjual sesuatu untuk membeli sesuatu.

Sepanjang saya kuliah, saya pernah berjualan gorengan dengan untung cuma 500 rupiah per pcs, jualan roti bakar, kue basah, kerudung, gamis, rok, kaos kaki, pentol, hingga menjadi downline sebuah brand make up (namun saya berhenti setelah enam bulan berkecimpung di sana).

Terakhir kali berwirausaha, saya coba membuat kerajinan buket snack karya saya, yang terjual laris saat momen sidang proposal maupun sidang skripsi. Alhamdulillah, lumayan!

Kontribusi Sosial kepada Masyarakat

Beasiswa saya memiliki desa produktif di daerah Kedung Cowek, pesisir Surabaya (pada zaman saya, belakangan ini setahu saya sudah pindah tempat). Desa produktif ini semacam desa yang sepakat bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui pembinaan aspek ekonomi, sosial, dan pendidikan.

Perjalanan menuju desa itu harus di tempuh dengan naik angkot dua kali (zaman dulu belum ada ojek daring), sangat jauh dari kampus kami! Di sana kami harus bersinergi untuk kepentingan bersama. Apa saja yang pernah kami lakukan di sana?

Mengajar murid PAUD (lebih tepatnya membantu bunda PAUD mengajar), melakukan pelatihan UKM, melakukan cek kesehatan dan senam sehat, mengadakan kontes Festival Anak Sholeh (FAS) dan buka bersama, peringatan hari kemerdekaan, peringatan Hari Raya Qurban dan lain sebagainya.

Kalau mengingatnya, sungguh luar biasa kesempatan yang saya miliki dulu, namun seringnya saya justru mengeluh karena keteteran membagi waktu.

Pembinaan Ini dan Itu

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, selain mendapat bantuan dana, beasiswa ini juga memberikan pembinaan-pembinaan dengan target capaian tertentu. Pembinaan bulanan dilakukan sebulan dua kali (kadang juga sebulan sekali) dengan topik dan tempat yang berbeda-beda.

Pembicara yang didatangkan juga tidak main-main, seringnya selalu ahli di bidangnya. Misal, tips mengatur waktu yang disampaikan oleh ketua BEM Unair. Dari berbagai macam pembinaan yang saya ikuti, setidaknya saya telah dikenalkan pada orang-orang yang berpengaruh di bidangnya.

Di awal masuk sebagai maba, korwil sudah menginstruksikan kami untuk membuat life maping, yaitu target-target yang ingin kita capai selama kuliah. Seiring berjalannya waktu, korwil akan memberikan coaching yang berkaitan dengan kendala yang kita hadapi. Yang paling berkesan bagi saya adalah career maping. Di sana, saya dibimbing untuk merealisasikan karir yang akan saya jalani. Sungguh sangat membantu!

Di akhir masa kuliah, pembinaan juga fokus pada pematangan persiapan berkarir. Kami dibagi sesuai minat kami, entah itu bidang professional, entrepreuner, ataupun lainnya. Contohnya, teknik membuat CV, teknik berwawancara, dst.

Banyak Momen Seru

Keseruan itu tercipta karena ada kebersamaan dari orang-orang yang sefrekuensi. Padatnya agenda membuat kami sering bertemu satu sama lain. Jelas, tidak bisa di-breakdown satu persatu di sini. Pada intinya, di beasiswa ini kita akan mendapatkan keluarga baru, apalagi interaksi lawan jenis di beasiswa ini sangat dibatasi, jadi benar-benar keluarga yang murni tanpa embel-embel, hehe…

Pada prinsipnya, tidak ada yang lebih baik antara ‘anak beasiswa’ maupun ‘anak non-beasiswa’. Semuanya sama baiknya jika tujuannya untuk mencari ilmu setinggi-tingginya. Cara Allah untuk menolong hamba-Nya memang sesuai dengan ‘kebutuhan’ masing-masing.

Maya Firdausi, Etoser Surabaya angkatan 2014.
Share your love
apt. Maya Firdausi, S.Farm
apt. Maya Firdausi, S.Farm

I'm a clinical and community pharmacist. I love writing!

Articles: 26

2 Comments

  1. Hi,,,

    Jika tanya apakah seenak itu penerima beasiswa??
    Semua kembali ke sudut pandang masing2, Karena setiap mata memiliki pandangan yang berbeda, tak sama antara satu dengan yang lain. Tak ada yang salah, tak ada yang benar, hanya seorang manusia. 😌

    Tedx

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *