Apoteker Maya – Seringkali menjadi sebuah pertanyaan para ibu pasca persalinan. Mengapa tidak ada keluhan muntah ataupun mual pasca persalinan, tetapi dokter malah meresepkan obat domperidon? Apakah salah obat?
Penggunaan domperidon sebagai obat anti muntah memang sudah banyak diketahui. Domperidon merupakan obat dengan logo K dan bukan termasuk Obat Wajib Apotek (OWA), sehingga domperidon termasuk obat yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter.
Lantas, apakah domperidon memang solusi yang tepat untuk meningkatkan produksi ASI?
Mekanisme Kerja Obat
Penting untuk mengerahui mekanisme kerja domperidon. Obat ini merupakan golongan prokinetik dan antiemetik (anti-muntah), yaitu dapat menghambat dopamin D2-receptor dalam saluran gastrointestinal dan berbagai sistem Saraf pusat dan perifer.

Akibat penghambatan dopamine tersebut, domperidone memiliki efek lain yaitu galactagogue atau perangsang laktasi.
Saat dopamine pada hipofisis anterior dihambat, maka domperidone dengan dosis 30 mg/hari dapat menstimulasi pengeluaran prolactin yang berperan penting dalam inisiasi laktasi. Efek pelancar ASI ini dinamakan off-label, yaitu penggunaan obat diluar indikasi yang tertera dalam label.
Untuk mengetahui lebih detail tentang obat off-label, artikel ini membahas secara lebih lengkap. Baca juga artikel “Tahukah Kamu, Obat-obat Off Label yang Sering Digunakan“
Domperidon sebagai Galactagogue
Sekilas tentang Off-Label dan Evidance Based Medicine (EBM)
Berdasarkan pengertian penggunaan obat “off-label” yang dijelaskan oleh Food Drug Administration (FDA) USA, off-label adalah jika obat dikonsumsi dengan cara yang tidak sesuai dengan label obat yang telah disetujui oleh FDA (atau badan pengawas obat setempat, dalam hal ini BPOM adalah yang berwenang di Indonesia) pada obat tersebut.
Indikasi domperidone yang disetujui oleh FDA yakni sebagai prokinetik dan antiemetik, sedangkan indikasi sebagai galaktagogue atau pelancar ASI tersebut dianggap sebagai penggunaan yang tidak lazim, sehingga indikasi ‘pelancar ASI’ tidak tertera pada label obat domperidon
Obat off-label yang digunakan untuk pasien tidak serta merta diragukan keefektifannya. Dokter hanya boleh menggunakan obat off-label berdasarkan pada pengobatan berbasis bukti Evidence-Based Medicine (EBM) yang telah membuktikan efikasi dan keamanannya.
Evidence-Based Medicine (EBM) adalah integrasi dari bukti-bukti ilmiah berdasarkan hasil penelitian, kemampuan klinis dokter, dan preferensi pasien dalam proses pengambilan keputusan dari pelayanan kedokteran.
Singkatnya, meskipun efek pelancar ASI pada domperidone belum secara resmi terbukti. Akan tetapi, banyak penelitian yang membuktikan secara ilmiah bahwa penggunaan domperidon sebagai pelancar ASI efektif, sehingga dokter yang memiliki wewenang dan mengetahui kondisi klinis pasien memutuskan pengobatan tersebut adalah yang terbaik untuk pasien tersebut.
Salah satu rujukan untuk mengetahui EBM adalah Cochrane, yakni lembaga penelitian independen dan bergengsi di dunia yang berpusat di London, Inggris. Tujuan utama dari lembaga ini adalah mempromosikan ilmu kesehatan yang berbasis bukti-bukti atau informasi yang relevan (evidence base), seperti penelitian ataupun data.
Beberapa Penelitian tentang Efek Galactagogue Domperidone
Pada umumnya indikasi penggunaan galaktogogue adalah ingin menyusui bayi adopsi (induksi menyusui pada ibu yang tidak mengandung bayi tersebut), relaktasi (menyusui kembali setelah berhenti) dan meningkatkan produksi yang kurang lancar karena ibu atau bayi sakit atau setelah dipisahkan.
Suatu penelitian cross sectional yang dilakukan di Australia, dilakukan oleh McBride et al, menyimpulkan Domperidon efektif meningkatkan produksi ASI, namun diikuti dengan risiko efek samping pada dosis lebih dari 30 mg / hari. Efek samping tersebut seperti kenaikan berat badan, pusing, dan mulut terasa kering.
Berdasarkan Evidence-based medicine (EBM) yang terkumpul pada Cochrane, dikatakan domperidone efektif meningkatkan produksi ASI. Suatu uji acak terkontrol atau randomized controlled trial (RCT) oleh Foong et al menyebutkan, jika pemberian obat seperti domperidon dan metoklopramid meningkatkan volume ASI yang dihasilkan. Beberapa efek samping minor yang dilaporkan seperti kelelahan, mual, pusing, dan mulut terasa kering. Sedangkan efek samping pada bayi tidak ditemukan.
Penelitian cross sectional di kota Malang oleh Wulandari menyebutkan dari total 96 responden, 9,4% ibu memilih menggunakan domperidon sebagai pelancar ASI. Dijelaskan bahwa domperidon meningkatkan produksi ASI dengan tanda yakni frekuensi bayi menyusu lebih dari sepuluh kali sehari, berat badan bayi naik, dan ibu dapat merasakan aliran ASI. Sedangkan gejala efek samping yang dilaporkan adalah kenaikan berat badan ibu.
Dosis domperidon yang disarankan sebagai pelancar ASI pada rentang 30-90 mg / hari, dengan dosis maksimal 80-160 mg / hari.
Peran apoteker dalam melakukan monitoring penggunaan obat domperidon sebagai pelancar ASI dinilai penting untuk menjamin keamanan penggunaan obat off-label. Semakin kuat bukti EBM-nya, maka akan memberikan manfaat yang baik dan dapat mempermudah dalam pelayanan kesehatan.
Alternatif Lain Pelancar ASI
Sebagai alternatif lain pelancar ASI, ibu bisa membeli suplemen pelancar ASI dengan kandungan herbal, yang kebanyakan ditandai dengan logo Obat Tradisonal Indonesia (OTI). Namun, ada baiknya juga menerapkan tips untuk meningkatkan produksi ASI yang dijelaskan Kemenkes.
- Lebih sering memerah ASI
- Berikan ASI kepada bayi sambil memerah
- Perah ASI setelah menyusui bayi
- Perah ASI dari kedua payudara secara bersamaan
- Perah dengan teknik power pumping
- Usahakan untuk tetap menyusui bayi secara langsung
- Ciptakan lingkungan yang nyaman selama masa menyusui
- Konsumsi makanan bernutrisi dan minum air putih lebih banyak
- Melakukan pijat untuk memperlancar produksi ASI
Daftar Pustaka
Foong, S.C., Tan, M.L., Foong, W.C., Marasco, L.A., Ho, J.J. and Ong, J.H., 2020. Oral galactagogues (natural therapies or drugs) for increasing breast milk production in mothers of non‐hospitalised term infants. Cochrane Database of Systematic Reviews, (5).
McBride, G.M., Stevenson, R., Zizzo, G., Rumbold, A.R., Amir, L.H., Keir, A. and Grzeskowiak, L.E., 2023. Women’s experiences with using domperidone as a galactagogue to increase breast milk supply: an australian cross-sectional survey. International Breastfeeding Journal, 18(1), pp.1-9.
Panjaitan, E., 2013. Laktogogue: Seberapa Besar Manfaatnya?. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Diambil dari https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/laktogogue-seberapa-besar-manfaatnya
Ramdini, D.A., Rahayu, I.D., Iqbal, M., Triyandi, R. and Destiani, D.P., 2023. Pengetahuan dan Persepsi Apoteker Terhadap Penggunaan Obat Off-Label di Indonesia: Pharmacist’s Knowledge and Perception of Off-Label Drugs Use in Indonesia. Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product, 6(01), pp.45-54.
Rosyida, S., 2022. Tips Rangsang ASI Keluar Setelah Melahirkan. Kemenkes Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Diambil dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1140/tips-rangsang-asi-keluar-setelah-melahirkan
Van Paassen, N., van der Starre, A.M., Hanff, L.M., Yap, S.C., Wierenga, T.R. and Vermeulen, M.J., 2016. Domperidone to stimulate lactation. Ned Tijdschr Geneeskd, 160, p.D305.
Wulandari, N., 2020. Gambaran penggunaan galaktagog (obat kimia dan herbal) pada ibu menyusui di Kota Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim)