Ibu Hamil Jangan Sembarangan Minum Obat! Ada Obat Berbahaya

freepik.com

Apoteker Maya – Ibu hamil seringkali khawatir jika akan mengonsumsi obat. Apakah obat yang dikonsumsi tersebut aman atau malah berbahaya bagi janinnya?

Menurut sebuah penelitian, pengetahuan tentang keamanan obat saat hamil ataupun menyusui masih sedikit dipahami. Padahal, terdapat beberapa hal yang perlu diwaspadai ibu hamil ataupun ibu menyusui terkait keamanan obat.

Peran apoteker dalam memberikan asuhan kefarmasian sangat penting. Ada beberapa hal yang perlu apoteker ketahui untuk memastikan keamanan obat bagi ibu hamil.

Sebelumnya, tidak ada salahnya untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan suatu obat bisa berbahaya untuk ibu hamil.

Farmakokinetik pada Kehamilan

Farmakokinetika adalah suatu cabang ilmu farmakologi yang mempelajari bagaimana suatu obat ketika berada dalam tubuh, dimulai saat obat dimasukkan ke dalam tubuh sampai kembali dikeluarkan dari dalam tubuh.

Proses itu dikenal dengan ADME, yaitu absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Absorpsi adalah saat obat diserap ke dalam darah. Distribusi yaitu saat obat disebarkan ke berbagai jaringan tubuh. Proses obat diubah menjadi bentuk yang dapat dibuang dari tubuh disebut metabolisme. Ekskresi yaitu saat obat dikeluarkan dari tubuh.

Berkaitan dengan Ibu

https://www.vivabiotech.com/cro/pharmacokinetics

Absorpsi

Peningkatan level progesteron memperlambat pengosongan lambung sehingga meningkatkan waktu transit obat di usus. Akan tetapi, kondisi ini tidak mempengaruhi absorpsi obat secara bermakna.

Distribusi

Terjadi peningkatan volume darah hingga 50% dan curah jantung hingga 30%, yang mana terdistribusi 60% di plasenta, janin dan cairan amniotik serta 40% di jaringan si ibu. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kadar puncak obat dalam serum, terutama pada obat dengan VD rendah dan obat-obat yang terdistribusi di air seperti golongan aminoglikosida.

Peningkatan cairan tubuh menyebabkan pengenceran serum albumin (hipoalbuminemia) sehingga terjadi penurunan ikatan obat-albumin. Obat-obatan yang ikatan protein plasmanya tinggi akan lebih banyak dalam bentuk tidak terikat, namun tidak terlalu bermakna secara klinis.

Metabolisme

Peningkatan level progesteron juga menginduksi enzim yang memetabolisme obat di hati, sehingga akan mempercepat metabolisme obat-obatan yang larut lemak.

Ekskresi

Peningkatan aliran darah ke ginjal hingga 100% dan GFR 70%, sehingga dapat mempengaruhi bersihan (clearance) obat yang eliminasi nya terutama lewat ginjal, contohnya penicilin.

Berkaitan dengan Janin

Terdapat beberapa faktor kritis yang mempengaruhi transfer obat melalui plasenta dan efek obat terhadap janin :

Terkait Sifat fisika kimia obat

Peningkatan aliran darah ke ginjal hingga 100% dan GFR 70%, sehingga dapat mempengaruhi bersihan (clearance) obat yang eliminasi nya terutama lewat ginjal, contohnya penicilin.

1. Kelarutan dalam lemak

Obat yang larut lemak akan lebih mudah berdifusi melewai plasenta dan masuk ke sirkulasi janin. Contoh : Thiopental, yang dapat menyebabkan apnea pada bayi yang baru dilahirkan.


2. Derajat ionisasi

Obat yang tidak terionisasi mudah melewati plasenta, sedangkan obat yang terionisasi sulit melewati plasenta. Contoh : Suksinil kholin dan tubokurarin (yang digunakan pada SC) merupakan obat yang derajat ionisasinya tinggi sehingga kadar di janin rendah.


3. Ukuran molekul
  • Obat dengan BM sampai dengan 500 Dalton : mudah melewati pori membran (bergantung juga pada kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi).
  • Obat dengan BM 500 – 1000 Dalton : sulit melewati plasenta.
  • Obat dengan BM >1000 Dalton : sangat sulit melewati plasenta. Contoh : Heparin (antikoagulan pilihan yang aman pada kehamilan).

Kecepatan obat melewati plasenta dan jumlah obat yang mencapai janin

1. Ikatan protein

Derajat keterikatan obat dengan protein (terutama albumin) akan mempengaruhi kecepatan melewati plasenta, namun jika obat sangat larut lemak maka hal ini tidak terlalu mempengaruhi.


2. Metabolisme plasenta

Plasenta juga dapat berperan sebagai tempat metabolisme beberapa obat yang dapat melewatinya. Contohnya prednisolon, deksametason, azidotimidin (zidovudin) mengalami metabolisme yang bermakna di plasenta. Obat-obatan yang dapat melewati plasenta akan masuk sirkulasi janin lewat vena umbilikal.

Farmakodinamik pada Kehamilan

Jika Farmakokinetik mempelajari apa yang terjadi pada obat mulai dari diminum sampai dikeluarkan dari tubuh, maka Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana pengaruh obat kepada tubuh. Dengan kata lain, Farmakodinamik merupakan studi hubungan konsentrasi obat dengan efek biologi (fisiologi dan biokimia) yang ditimbulkan.

Farmakodinamik mencakup aksi obat, mekanisme aksi obat dan target aksi obat baik pada organ, jaringan, maupun sel.

Pada ibuPerubahan curah jantung dan aliran darah ke ginjal kadang menyebabkan ibu hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan saat tidak hamil.
Contohnya :
1. Glikosida jantung dan diuretik karena adanya peningkatan beban jantung pada kehamilan.
2. Insulin untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang diinduksi kehamilan.
Pada janinTerdapat beberapa obat yang diberikan pada ibu hamil yang ditujukan untuk pengobatan janin.
Contohnya :
1. Kortikosteroid untuk merangsang kematangan paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur.
2. Fenobarbital dapat menginduksi enzim hati untuk metabolisme bilirubin sehingga dapat meminimalkan insiden jaundice (bayi kuning). Selain itu, dapat menurunkan risiko pendarahan intrakranial bayi kurang umur.
3. Antiaritmia diberikan pada ibu hamil untuk mengobati janin yang menderita aritmia jantung.

Penggolongan Obat menurut FDA

FDA (Food and Drug Administration) adalah Badan Pengawas Makanan dan Obat- obatan di Amerika Serikat, di mana badan ini banyak dijadikan rujukan. Salah satunya, untuk mengetahui keamanan suatu obat jika dikonsumsi untuk ibu hamil.

FDA menggolongkan obat pada beberapa kategori, yaitu

KategoriKeteranganBeberapa Contoh
Kategori AAman untuk janinVitamin C, Vitamin E, Vitamin B Komplek, Asam folat, Liotyronine, ergocalsiferil (Peroral)
Kategori BTidak ada risiko untuk janin pada proses studi hewan coba, namun belum ada studi pada manusia.Amoxicillin, N-asetilsistein, amonium klorida, amphoterisi B, parasetamol, ampisilin, Benzylpenicilin, Bisacodyl, Budesonide (nasal, inhalasi), Betahistin, Cefotaxime, cefixime, cefazolin, cefadroxyl, cefoperazone, ceftriaxone, cefuroxime, cetirizine, Colestyramine, Clozapine, Clopidogrel, Clindamysin, Diclofenac, Ethambutol, Esomeprazole, Enoxaparin, Erythromycin, Fondaparinux sodium, Fosfomycin, Loratadine, Loperamid, Ursadeoxycholicacid, Vancomycin, Sertraline, Ranitidine, Lactulose, Lansoprazole, Pantoprazole, Lidocain, Methyldopa, Meropenem, Octreotide, Orlistat, Montelukast sodium, Sucralfate, Terbutaline, asam traneksamat.
Kategori CStudi pada hewan menunjukan efek samping pada janin (teratogenik) / embriosidal atau yang lainnya, tetapi belum ada studi control pada wanita hamil. Obat harus diberikan hanya jika
keuntungan lebih besar dari resiko pada janin.
Morfin, Atrofin, Trihexypenidyl, TMP, Trifluoperazine, Salbutamol, Sodium bicarbonate, Theopilin, Thiamine, Tamsulosin, Sterptokinase, Spiramycin, Pseudoephedrin, Propanolol, Quetipine, Risperidone, Potassium Cl, Omeprazole, Oseltamivir, Oxymethazoline, Nevirapine, Norepinephrine, Phenylephrine, Itraconazole, Ketoconazole, Lamotrigine, Levodopa, Levofloxacin, Methylprednisolone, Metronidazole, Mannitol, Mebendazole, Asam Mefenamat, Meloxicam, Furosemide, Irbesartan, Isosorbid dinitrat, Gemfibrozil, Hydrocortisone, Hydroxycloroquin, Hyoscyamine, Dexamethasone, Fenofibrate, Fentanyl, Epoetin alfa, Gamma globulin, Chlorampenicol, Clarithromysin, Diltiazem, Calcitriol, Ciprofloxacin, Ca Gluconate, Acetazolamide, Allopurinol, Aminophylline, Amitripthylin, Bacitrasin.
Kategori DTerbukti berbahaya bagi janin, namun dapat digunakan pada kondisi gawat darurat jika tidak ada obat lain yang lebih aman.Aspirin, fenitoin, Alprazolam, Amiodarone, Carbamazepine, Colchicine, Chlordiazepoxide, Cisplatin, Diazepam, Hydroxyurea, Lorazepam, Kanamycin, Miconazole, Midazolam, Oxytetracycline, Progesterone, Propylyhiouracil, Streptomycin, Somatostatin, Tramadol, Tamoxifen, Tetracycline, Asam Valproat.
Kategori XTerbukti teratogenik. Hindari!Thalidomid, Warfarin, Triazolam, Rosuvastatin, Testosterone, Urofolitropin, Temazepam, Urofolitropin, Stenozolol, Raloxifene, Quinine, Mestranol, Menothrophine, Medroxyprogesterone, Medrogestone, Lovastatin, Leuprorelin, Methotrexate, Methyltestosterone, Iodinated glycerol, Finasteride, Fluoxymesterone, Flurazepam, Fluvastatin, Isotretinoin, Desogrestel, Dienestrol, Diethylstilbestrol, Ergotamine, Estazolam, Estradiol, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl estradiol, Etretinate, Ganirex, Coumarine, Clomifene , Atorvastatin, Alprostadil

Obat-obat Teratogenik

freepik.com

Obat-obat yang bersifat teratogenik adalah obat-obat yang dapat mempengaruhi struktur janin jika terpapar. Jika terpapar akan berefek pada waktu kritis pertumbuhan anggota badan, yakni selama minggu ke empat sampai minggu ketujuh kehamilan.

Terdapat 6 mekanisme obat-obat teratogenik :
  1. Antagonisme folat
  2. Gangguan sel krista saraf
  3. Gangguan endokrin
  4. Stres oksidatif
  5. Gangguan pembuluh darah
  6. Teratogenesis yang dimediasi oleh reseptor atau enzim tertentu

Beberapa efek teratogenik yang telah diketahui adalah sebagai berikut:

ObatEfek Teratogenik
ThalidomidePhocomelia
TetracyclinesGigi berubah warna & berubah bentuk, pertumbuhan tulang terhambat
IsotretinoinCacat jantung kraniofasial dan SSP
PhenytoinFalang hipoplastik, celah bibir / langit-langit ; mikrosefali
Androgen & ProgestinVirilisasi
AlkoholIQ rendah, Foetal alcohol syndrome
Obat antitiroidGondok janin dan hipotiroidisme
CarbamazepineNeural tube defects
ACEIOligohidramnion; hipokalvaria; IUGR; efek ginjal (displasia tubular ginjal, anuria / oliguria, dan hiperkalemia, gagal ginjal stadium akhir); hipotensi neonatal; kelainan kardiovaskular
MethotrexateAnencephaly, cacat tabung saraf, kardiovaskular
(tetralogi Fallot); kraniofasial; keterbelakangan mental
IsotretinoinAborsi spontan; kelainan kraniofasial; hipoplasia timus; cacat jantung
MisoprostolCacat ekstremitas dan tabung saraf
ValproatCacat tabung saraf; sindrom valproat janin : kelainan wajah dysmorphic mikrosefali, hipertelorisme, dahi menonjol, jembatan hidung datar rendah, telinga berbentuk aneh
KloramfenikolToksisitas sumsum tulang janin; Baby Grey Syndrome
AminoglikosidaOtotoksik

Telaah Ulang Regimen Obat

dokumentasi penulis

Kegiatan ini dilakukan oleh apoteker untuk mencegah, meminimalkan efek merugikan obat dan mengevaluasi kepatuhan pasien.

Ada beberapa kriteria prioritas pasien yang akan dilakukan telaah ulang regimen obat yaitu :

  • Diberikan 5 macam obat atau lebih
  • Regimen obat kompleks atau obat tersebut berisiko tinggi terjadi efek samoing serius
  • Mengalami 3 penyakit atau lebih
  • Terdapat gangguan kognitif
  • Kepatuhan obat rendah
  • Akan pulang dari perawatan RS
  • Berobat pada banyak dokter
  • Mengalami ESO atau alergi
Tatalaksana telaah ulang regimen obat :
  1. Apoteker memiliki pengetahuan tentang farmakoterapi obat ibu hamil.
  2. Apoteker menggali riwayat pengobatan selama hamil (nama obat, frekuensi, cara penggunaan, alasan penggunaan).
  3. Apoteker memisahkan obat-obatan yang sudah tidak digunakan oleh ibu hamil.
  4. Apoteker menggali efek terapi dan efek samping obat yang dirasakan oleh ibu hamil.
  5. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat.
  6. Melakukan penyelesaian masalah.

Monitoring Penggunaan Obat pada Ibu Hamil

  1. Apoteker mengumpulkan data yang diperlukan seperti identitas pasien, riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat, riwayat alergi, riwayat OTC, data pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik, masalah medis, dan obat-obatan yang sedang digunakan.
  2. Apoteker mengidentifikasi Drug Related Problem (DRP).
  3. Memberikan masukan terkait penyelesaian masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu: benefit and risk ratio obat yang diresepkan, menghindari penggunaan obat pada trimester pertama kehamilan, penggunaan dosis efektif terkecil dalam jangka waktu singkat, mengindari polifarmasi, dan pertimbangan penyesuaian dosis.
  4. Memberikan KIE yang tepat kepada pasien, terutama tentang manfat pengobatan pada wanita hamil harus lebih besar daripada risiko jika tidak diberikan pengobatan.

Kesimpulannya, ibu hamil tidak disarankan minum obat sembarangan karena ada obat-obatan yang berisiko membahayakan janin. Pastikan sudah konsultasi kepada dokter atau apotekermu untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan kondisi medismu.

Daftar Pustaka

  • Burkey, B.W. and Holmes, A.P., 2013. Evaluating medication use in pregnancy and lactation: what every pharmacist should know.The Journal of Pediatric Pharmacology and Therapeutics,18(3), pp.247-258.
  • Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta : Depkes RI.
  • Shaikh, A.K. and Kulkarni, D.M., 2013. Drugs in pregnancy and lactation.Int J Basic Clin Pharmacol,2(2), pp.130-5.
Share your love
apt. Maya Firdausi, S.Farm
apt. Maya Firdausi, S.Farm

I'm a clinical and community pharmacist. I love writing!

Articles: 26

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *